• 08.00 s/d 20.45

Praktek Nomaden:TEORI POSTHUMAN UNTUK MENGETAHUI DESAIN

 

Posthumanism adalah pendekatan teoretis yang menganggap manusia bukanlah entitas yang sudah final dan memiliki potensi untuk melakukan mengembangkan dirinya secara cepat dengan teknologi. Teori posthuman membahas tentang bagaimana transhumanisme, biokonvergensi, kecerdasan buatan, bioteknologi, dan teknologi lainnya dapat mempengaruhi pandangan manusia tentang diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka.

Dalam desain, teori posthuman berbicara tentang bagaimana desainer dapat mempertimbangkan cara teknologi berdampak pada pengalaman manusia dan perbedaan antara manusia dan teknologi. Desain posthuman mempertimbangkan kemampuan teknologi untuk meningkatkan dan mengubah pengalaman manusia dan mencoba memahami bagaimana manusia dapat berinteraksi dengan teknologi dengan cara yang lebih efektif dan efisien.

Desainer dapat memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pengalaman pengguna, seperti melalui sensor yang dipasangkan pada tubuh atau penggunaan realitas virtual dan augmented. Namun, desainer harus mengenali batas-batas teknologi, serta mempertimbangkan dampaknya terhadap kesehatan mental dan fisik, serta dalam hal integritas dan privasi data.

Dalam desain posthuman, perlu memperhatikan pandangan manusia tentang diri mereka sendiri dan perannya dalam dunia, serta hal-hal baru yang mungkin terjadi sebagai akibat teknologi. Desain posthuman memberikan cara untuk memikirkan bagaimana teknologi dapat meningkatkan manusia, serta bagaimana manusia dapat mempertahankan keunikan mereka sebagai individu dan spesies.

 


POSTHUMANISME adalah arus pemikiran yang mengeksplorasi kemungkinan melampaui batas kondisi manusia berkat kemajuan teknologi, ilmiah, dan filosofis. Dia menantang ide-ide tradisional tentang apa itu kemanusiaan dan berusaha untuk mendorong batas-batas kapasitas intelektual, fisik, dan emosional kita.

Les posthumanistes mempertimbangkan bahwa alam manusia tidak benar-benar tidak dapat diubah, tetapi tidak dalam kondisi yang konstan dalam evolusi, rentan terhadap perubahan dan perbaikan. Yang paling penting adalah teknologi canggih yang mengatakan bahwa kecerdasan buatan, bioteknologi, teknologi nano, dan antarmuka perangkat keras untuk transformasi radikal tidak memahami apa yang dimaksud dengan manusia.

Posthumanisme juga menimbulkan pertanyaan etis dan filosofis yang penting. Sebagai contoh, il interogasi gagasan hati nurani, identitas individu dan martabat manusia dalam konteks atau batas antara manusia dan mesin menjadi semakin kabur. Beberapa posthumanis berpendapat bahwa peleburan manusia menjadi mesin dapat mengarah pada bentuk kehidupan baru yang lebih tinggi, sementara yang lain mengkhawatirkan konsekuensi potensial terhadap hak-hak individu dan hilangnya esensi manusia.

 

Patut dicatat bahwa posthumanisme mengglobal berbagai perspektif dan pendekatan. Beberapa posthumanists mengadopsi visi masa depan yang optimis, di mana teknologi meningkatkan kehidupan kita dan memungkinkan kita mencapai tingkat kesejahteraan dan nurani yang baru. Orang lain tidak mempercayai implisit sosial dan etika dari perkembangan tersebut dan menggarisbawahi potensi risiko ketidaksetaraan, penguasaan teknologi dan hilangnya kemanusiaan.

Pada akhirnya, posthumanisme adalah refleksi tentang kemungkinan masa depan umat manusia, tantangan etis yang menyertainya, dan pilihan yang harus kita buat sebagai masyarakat untuk membentuk masa depan kita. Ini adalah bidang yang terus berkembang, dan perdebatan serta gagasan akan terus berkembang seiring dengan munculnya kemajuan teknologi baru.

Top of Form

 

DESAIN POSTHUMANIS

Desain posthumanis mengacu pada gagasan bahwa manusia dapat berevolusi ke arah yang lebih buruk atau lebih baik, dan dapat dialihkan ke bentuk lain selain bentuk manusia tradisional. Desain posthumanis mengeksplorasi peran teknologi dan ilmu pengetahuan dalam mengubah fisiologi manusia, baik melalui perbaikan atau penggantian organ tubuh dengan implan buatan, atau mengubah DNA manusia untuk meningkatkan kemampuan mental dan fisik.

Desain posthumanis juga mencakup pertimbangan etis dan filosofis dalam menghadapi implikasi perubahan seperti itu terhadap kehidupan manusia dan masyarakat. Beberapa aspek desain posthumanis meliputi:

  • Rekayasa genetika untuk meningkatkan kemampuan manusia, seperti daya tahan atau kecerdasan.
  • Implan dan prosthesis untuk memperbaiki atau mengganti organ tubuh yang rusak atau cacat.
  • Sistem elektronik atau sibernetika untuk meningkatkan komunikasi dan kontrol motorik.
  • Pengembangan teknologi untuk memperluas kesadaran batin atau kecerdasan buatan.

Desain posthumanis juga mempertimbangkan dampak sosial dan politik dari kemajuan teknologi tersebut, termasuk perubahan masyarakat dan ekonomi yang muncul dari pemisahan yang lebih luas antara manusia dan teknologi. Misalnya, ketika lebih banyak pekerjaan diotomatisasi, akan selalu ada kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi pada pekerjaan manusia dan pendapatan mereka. Oleh karena itu, desain posthumanis perlu mempertimbangkan dampak sosial dan etis dari kemajuan teknologi yang dioperasikan manusia terhadap diri mereka sendiri dan pemangku kepentingan lainnya.

 

INTENSIONALITAS

Intensionalitas adalah sifat dari sebuah konsep atau ungkapan yang merujuk pada arti yang dimaksudkan atau dituju oleh pembicara atau penulis, yang bisa berbeda dari arti literal atau denotatif. Konsep ini sangat penting dalam logika filsafat dan semantik, karena memungkinkan kita untuk membedakan antara konsep yang serupa tetapi memiliki arti yang berbeda, serta untuk memahami perbedaan antara bentuk pengungkapan yang berbeda dari suatu konsep. Misalnya, ungkapan "kucing berbulu" dan "hewan berbulu yang suka bermain" memiliki arti literal yang sama, namun memiliki intensionalitas yang berbeda, karena mereka merujuk pada konsep yang berbeda.

Dalam intensionalitas, fokus utama adalah pada makna atau esensi suatu konsep, bukan pada objek konkret yang dapat dikaitkan dengannya. Misalnya, ketika kita menggunakan kata "kucing", intensionalitas akan berkaitan dengan sifat-sifat atau ciri-ciri yang menjadi esensi kucing, seperti memiliki empat kaki, bulu, dan cenderung berburu tikus. Intensionalitas memungkinkan kita untuk mengidentifikasi dan memahami konsep secara abstrak tanpa bergantung pada objek-objek individu yang mewakilinya.

 

Penting untuk membedakan antara intensionalitas dan ekstensialitas. Ekstensialitas berfokus pada objek konkret yang termasuk dalam suatu konsep. Dalam contoh sebelumnya, ekstensialitas akan mencakup semua kucing individu yang ada di dunia ini. Intensionalitas, di sisi lain, berkaitan dengan ciri-ciri dan makna yang menggambarkan apa itu kucing.

Intensionalitas juga relevan dalam konteks logika dan semantik. Dalam logika, intensionalitas terkait dengan makna dan kebenaran proposisi, sedangkan ekstensialitas terkait dengan kebenaran objektif dari suatu proposisi. Misalnya, dalam kalimat "Saya percaya bahwa hari ini adalah Senin", intensionalitas terletak pada makna dari kata "percaya" dan konsep "Senin", sedangkan ekstensialitas terkait dengan kebenaran objektif dari pernyataan bahwa hari ini memang Senin.

Secara umum, intensionalitas adalah konsep penting dalam filsafat dan ilmu pengetahuan yang memungkinkan kita untuk memahami makna, esensi, dan karakteristik suatu konsep atau entitas tanpa tergantung pada objek konkret yang mewakilinya.

 

NOMADISME

Nomadisme merujuk pada gaya hidup atau pola pergerakan di mana individu atau kelompok secara teratur berpindah tempat tinggal tanpa memiliki pemukiman tetap. Pada umumnya, orang nomaden menggantungkan hidup mereka pada pencarian sumber daya alam, seperti makanan, air, atau lahan yang subur, yang mereka temukan dalam perjalanan mereka.

Tradisi nomaden telah ada sejak zaman kuno, dan beberapa kelompok etnis masih mempraktikkannya hingga saat ini. Orang-orang nomaden sering hidup dalam kelompok kecil yang bergerak bersama, seperti suku penggembala yang mengikuti kawanan ternak mereka dalam perpindahan musiman. Mereka sering tinggal dalam tenda atau struktur sementara lainnya yang dapat dipasang dan dipindahkan dengan mudah.

Ada beberapa alasan mengapa orang memilih gaya hidup nomaden. Beberapa di antaranya termasuk:

  1. Pencarian sumber daya: Orang nomaden sering berpindah tempat untuk menemukan sumber daya alam yang dibutuhkan untuk bertahan hidup, seperti air, makanan, atau tempat penggembalaan yang baik untuk hewan ternak mereka.
  2. Perubahan musiman: Beberapa kelompok nomaden bergerak secara musiman untuk mengikuti perubahan cuaca dan musim. Mereka mungkin bermigrasi ke daerah yang lebih hangat pada musim dingin atau mencari tempat yang lebih dingin pada musim panas.
  3. Penghindaran konflik: Dalam beberapa kasus, orang nomaden berpindah tempat untuk menghindari konflik dengan kelompok lain atau untuk menghindari daerah yang tidak aman.
  4. Gaya hidup tradisional: Beberapa kelompok etnis mempertahankan tradisi nomaden sebagai bagian integral dari identitas dan budaya mereka. Mereka mungkin memiliki hubungan yang mendalam dengan alam dan merasa terikat pada cara hidup nomaden yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Dalam era modern, banyak orang yang sebelumnya hidup sebagai nomaden telah menetap dan mengadopsi pola hidup yang lebih sedentari. Namun, masih ada komunitas nomaden yang mempertahankan gaya hidup tradisional mereka. Meskipun nomadisme dapat memberikan kebebasan dan fleksibilitas, juga dapat memiliki tantangan dalam hal akses ke pendidikan, layanan kesehatan, dan infrastruktur yang stabil.

Nilai dan keberlanjutan dari gaya hidup nomaden telah menjadi subjek diskusi dan perdebatan, terutama dalam konteks pelestarian lingkungan dan perlindungan hak asasi manusia. Penting untuk menghargai dan memahami keragaman budaya dan pilihan hidup yang ada di dunia ini, termasuk gaya hidup nomaden.

Top of Form

Top of Form

 

 Copyright stekom.ac.id 2018 All Right Reserved